MENDIDIK BUKAN HANYA SEKADAR MEMOLES

Yoakim Anasimus Nahak, S.Pd
Yoakim Anasimus Nahak, S.Pd

Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter dan Pendidikan Berkualitas di Era Kurikulum Merdeka 

Oleh : Yoakim Anasimus Nahak, S.Pd.

Salam untuk para Guru-sahabatku. Saat ini tiap Satuan Pendidikan baik dari PAUD, SD/MI, SMP/MTs sampai SMA/MA/SMK telah melaksanakan kegiatan Pembelajaran yang bermuara pada kegiatan evaluasi bahkan Assesment Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei lingkungan belajar.

Nuansa AKM, Survei Karakter dan Survei lingkungan belajar masih segar dalam pikiran kita dan menjadi catatan terpenting bagi bapak/ibu guru untuk terus berupaya dan mendorong siswa-siswinya agar lebih giat belajar teristimewa literasi (membaca) dan menalar untuk menggapai masa depan yang lebih mandiri. Pasti; masih banyak hal yang terus kita gumuli dalam membangun kualitas siswa/siswi  di negeri  ini, sehingga membutuhkan perubahan karakter, pola pikir dan rasa.

Saat ini banyak guru bahkan Kepala sekolah membuat persiapan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka (Kurikulum Pemulihan). Terhadap Kurikulum ini terdapat sejumlah guru yang belum memahami sungguh tentang Capaian Pembelajaran (CP)-(dulu KI), Tujuan Pembelajaran (TP)- (dulu KD), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)-(dulu Silabus), dan Modul Ajar (dulu RPP).

Dan menurut Nara sumber  terpercaya  (Yandri Snae,ST.,MT- LPMP) bahwa Capaian Pembelajaran menjadi urusan para Pakar Pendidikan (Pemerintah) sedangkan  Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), dan Modul Ajar adalah tugas guru dan Kepla Sekolah. Namun Hemat saya, Kurikulum 2013  boleh berlalu dan telah datang Kurikulum Merdeka yang masih merupakan pilot projek, artinya Kurikulum boleh berganti  tetapi tugas guru tetap sama yakni mengajar, melatih, membimbing dan mendidik.

Guru selain mengajar, melatih  dan membimbing, ia melaksanakan tugas yang mulia yaitu  mendidik. Inilah yang bagi kebanyakan orang adalah ringan dan  biasa-biasa saja, tetapi  bagi seorang guru profesional tidaklah ringan dan biasa-biasa saja  karena itulah pekerjaannya.

Mengajar berarti mentransfer  ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kepada peserta didik, membimbing berarti mengarahkan peserta didik, merubah pola pikir, rasa dan kehendak untuk mencapai tujuan, sedangkan mendidik berarti membentuk karakter peserta didik dari yang tidak baik menjadi baik. 

Mendidik itu dianalogikan seperti memahat, dalam ilmu seni rupa. Memoles itu gampang tapi yang susah adalah memahat. Setiap orang bisa memoles benda yang sudah berbentuk  sehingga tampak indah, tetapi tidak semua orang bisa memahat untuk mengubah benda yang tidak berarturan menjadi benda yang dipandang seni dan berbentuk.

Dan inilah ungkapan seorang intelektual dari  Kapupaten Malaka (Pengawas- Drs. Yulius Seran, MM) yang  mengatakan tidak sulit bagi air untuk menjadi basah,  tidak sulit bagi api untuk menjadi  panas tapi amatlah sulit bagi manusia untuk menjadi manusia.    

Ungkapan di atas sederhana memang, tetapi mau menunjukkan kepada kita bahwa perilaku manusia yang tidak berkarakter menjadi berkarakter manakala ia dididik. Yang susah adalah mengubah orang yang bukan siapa-siapa, tidak punya pengetahuan dan skill apa-apa, hingga menjadi orang yang luar biasa. Disinilah kualitas seorang pendidik akan diuji.

Sebagai pendidik tentu menginginkan peserta didiknya menjadi orang-orang hebat, sehingga baiklah kalau kita memperhatikan perkembangan dan dinamika Pendidikan saat ini:

  1. Buatlah kesepakatan bersama siswa dalam kelas sebelum mulai kegiatan pembelajaran. Kesepakatan sangat memungkinkan untuk siswa lebih fokus, efektif dan terarah dalam pelaksanaan kegiatan pelajaran  baik di kelas maupun di luar ruang kelas; serta terapkan alur BAGJA (B = Buat pertanyaan, A = Ambil pelajaran, G = Gali mimpi, J = Jabarkan rencana dan A = Atur eksekusi).
  2. Memperhatikan peserta didik. Dalam proses belajar mengajar cenderung pandangan guru fokus pada satu arah, akibatnya sebagian peserta didik merasa tidak diperhatikan oleh gurunya, sehingga  mereka acuh tak acuh atau  membuat keonaran dalam kelas. Peserta didik membutuhkan sentuhan perhatian dari guru. Mereka adalah pribadi yang memerlukan perhatian dan kasih sayang. Murid adalah selembar kertas yang sudah ada tulisannya namun belum terlihat jelas /buram(kodrat alam anak), tugas guru adalah menebalkan tulisan-tulisan yang kurang baik sesuai kodrat zaman. Jarang sekali orang berontak kalau diberi perhatian.
  3. Memberi Teguran. Memberikan hukuman tidak sama dengan memberi teguran. Secara psikis, peserta didik yang diberi hukuman merasa lebih terganggu jiwanya daripada mendapat teguran dari guru akibat kelalaian dirinya dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang siswa. Selama ini hukuman lebih cenderung kepada dehumanisasi (penghewanan manusia) yang dinilai sebagai sebuah pelanggaran hak asasi manusia; yang menyimpang dengan pendidikan Ki Hajar Dewantoro. Oleh karena itu, guru secara moral dituntut untuk memberi teguran yang bersifat mendidik.

Guru boleh menegur siswanya yang tidak melaksanakan tugas pokoknya.  Hal ini amat penting untuk menghindari adanya apatisme siswa dalam belajar.

  1. Merangkul peserta didik. Salah satu bentuk perlakuan yang diberikan guru ketika siswa melakukan kesalahan atau pelanggaran di sekolah seperti mencubit atau menampar siswa. Ada sejumlah pendidik ketika memberi perlakuan seperti di atas, membiarkan anaknya pergi membawa kesedihan dan kepedihan hatinya, tanpa diberi sentuhan penjelasan dari nya. Akibatnya muncul dendam yang membara dari siswa kepada guru. Seharusnya guru memanggil siswa tersebut dan merangkulnya (konotasi), menjelaskan padanya akibat yang muncul ketika yang bersangkutan terus melakukan perbuatannya. Atau paling kurang meminta kepada siswa tersebut untuk menjelaskan kembali mengapa sampai guru mencubit atau menamparnya.
  2. Mendoakan peserta didik. Kebanyakan guru kita lebih banyak marah kepada siswa jika ada kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan siswa, tetapi tidak pernah secara khusuk mendoakan kepada siswa untuk  merubah cara berpikir dan bertindak. Dengan kalimat lain, terdapat sebagian kecil guru yang care dan mau  mencari waktu untuk mendoakan siswanya yang nakal atau lalai melaksanakan tugasnya. Sebagai guru mestinya melakukan kegiatan seperti di atas sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada Tuhan.

Oleh karena itu para Guru-sahabatku, sudah setahun lebih  pada Tahun Pelajaran 2022/2023 telah kita jalani. Berbagai kegiatan ekstra yang bertajuk Clasmeeting untuk mengembangkan kemampuan dan minat siswa telah kita lakukan; maka marilah kita senantiasa berrefleksi terhadap kegiatan Classmeeting (Non akademik) dan kegiatan akademik, agar membawa perubahan  kearah yang lebih baik dan berkualitas.

Dan ingatlah selalu agar  ada dokumen berupa foto dan administrasi karena  “Scripta manent Verba Voland” (Yang lisan akan cepat  berlalu tetapi tertulis akan bertahan lama) karena mendidik bukan sekadar memoles.

3 comments for "MENDIDIK BUKAN HANYA SEKADAR MEMOLES"